Selasa, 08 April 2008

Harga Kertas Naik, Surat Kabar Dalam Masalah Besar

Harga kertas koran naik gila-gilaan. Padahal harga kertas merupakan
komponen terbesar biaya operasional. Akankah menjadi musim gugur bagi
penerbitan di Indonesia?

Selasa, 08-04-2008
Penerbitan Surat Kabar Terancam
Setelah Harga Kertas Koran Naik

LONJAKAN harga kertas dunia yang terus terjadi sejak akhir 2007 lalu
diperkirakan akan mengguncang industri media cetak di Indonesia.
Serikat Penerbit Suratkabar (SPS) memperkirakan, ratusan penerbit
surat kabar bakal gulung tikar akibat harga kertas yang terus meroket
dalam dua bulan terakhir.

"Saya yakin akan banyak media massa cetak hilang dari peredaran.
Seperti terjadi tahun 2000-2002 lalu, 1.300 penerbitan gulung tikar.
Tahun ini mungkin ratusan yang akan hilang. Termasuk juga koran-koran
daerah seperti di Makassar ini," Ketua Harian SPS Pusat, M Ridlo
'Eisy, di Makassar, Senin (7/4).
Ridlo Eisy berbicara pada Focus Discussion Group (FGD) Menggagas Grand
Desaign Masa Depan Pers Indonesia bersama sejumlah pemimpin media
massa terbitan Makassar di Hotel Clarion.

Dalam acara yang digelar bekerja sama dengan Departeme Komunikasi dan
Informasi (Depkominfo) RI ini hadir sebagai pembicara, di antaranya,
Pemimpin Redaksi Tribun Timur Dahlan, Manajer Pengembangan Sumber Daya
Manusia (PSDM) Kompas Agnes Aristiani, Wakil Direktur Fajar Group
Syamsu Nur, dan Direktur Institut Studi Arus Informasi (ISAI) Jakarta,
Yoseph Stanley Adi Prasetya.
Sejumlah pimpinan koran yang hadir dalam diskusi tersebut mengaku,
kenaikan harga koran sudah sangat berpengaruh.
Dalam waktu dekat, koran-koran di Makassar akan mengambil tindakan
efisiensi biaya produksi, termasuk mengevaluasi harga berlangganan dan
harga pemasangan iklan.
Data SPS menunjukkan, harga kertas koran mulai meroket sejak lima
tahun lalu. Dari 560 dolar AS per ton atau sekitar Rp 5.040.000 (kurs
Rp 9.000 per dolar) pada tahun 2003 menjadi 600 dolar (Rp 5,4 juta)
pada 2004.
Tahun berikutnya harga kertas naik lagi 620 dolar (Rp 5,58 juta) per
ton. Harga 2006-2007 bertahan di kisaran 675 dolar (6,075 juta) per
ton.
Pada awal 2008, harga kertas koran kembali bergejolak. Akibat kenaikan
harga minyak dunia, produsen kertas sudah dua kali menaikkan harga
kertas koran, yaitu menjadi 705 dolar (Rp 6,34 juta) per ton pada
kuartal I dan 800 dolar AS (Rp 7,2 juta) per ton pada kuartal II.
Kenaikan kedua terjadi 1 April lalu.

Satu Pabrik
Selama ini, produk kertas koran di Indonesia kualitas satu hanya
disuplai dari satu pabrik, perusahaan modal asing asal Korea, PT Aspex
Kumbong.
Perusahaan ini memiliki kapasitas produksi 400 ribu ton per tahun atau
52 persen dari kapasitas produksi nasional yang sebesar 770 ribu ton
per tahun.
"Tahun lalu produsen tidak menaikkan harga kertas koran karena stok
bahan baku masih cukup. Tetapi begitu masuk tahun 2008 dan stok
berkurang, mereka akhirnya juga menaikkan harga. Pada 4 April lalu
kami sudah melakukan rapat untuk membahas soal kenaikan ini,"
katannya.
SPS, kata Ridlo, akan meneliti apakah ada tendensi monopoli oleh PT
Aspex Kumbong di balik kenaikan harga kertas koran ini.
Selain itu, pihaknya juga akan meminta beberapa pabrik kertas di
Indonesia untuk memproduksi kertas koran.

Konvergensi Media
Diskusi SPS juga membicarakan format media massa cetak ke depan untuk
dapat terus hidup di tengah-tengah tantangan, termasuk tantangan
lonjakan kenaikan harga bahan produksi koran. Selain juga membicarakan
hal-hal teknis menyangkut profesionalisme media massa.
Bagian PSDM Kompas, Agnes Aristiani, mengatakan, ada dua hal yang bisa
dilakukakan oleh perusahaan koran untuk terus bertahan hidup, yaitu
mengubah paradigma menjadi informing media. Koran harus menjadi guide
book yang penuh informasi, ringan, padat dan bermutu.
Yang kedua, ke depan media massa cetak juga harus didukung dengan
edisi online, termasuk elektronik. Karena itu, media pun harus menjadi
multimedia. "Dalam waktu yang tidak terlalu lama lagi Kompas akan
mengoperasikan TV Kompas setelah lebih dulu memiliki portal online,"
kata Agnes.
Ridlo mengatakan, media massa cetak harus menuju pada konvergensi
media. Ia mengistilahkan, koran harus memiliki perahu-perahu lain
seperti portal dan mobile news.
"Kompas dan koran daerahnya seperti Tribun Timur sudah melakukan itu.
Itulah grand design media massa ke depan," katanya.

--
Tribun Timur,
Surat Kabar Terbesar di Makassar
http://www.tribun-timur.com

FORUM DISKUSI PEMBACA TRIBUN TIMUR
tribun.freeforums.org

Usefull Links:

http://jurnalisme-makassar.blogspot.com
http://jurnalisme-tv.blogspot.com
http://jurnalisme-radio.blogspot.com
http://jurnalisme-blog.blogspot.com
http://makassar-updating.blogspot.com
http://makassar-bugis.blogspot.com

Tidak ada komentar: