Sumber: Tribun Timur, Makassar Rabu, 28-05-2008 |
Era Televisi Jaringan Merambah Makassar |
Opini Tribun |
Oleh: Ano S, Staf Biro Trans Tv Makassar Pentingnya kehadiran televisi nasional menyiar di Makassar ini setidaknya akan memberikan nuansa dan warna tersendiri bagi dinamika kota Makassar. Karena bukan hanya berita spot yang akan menjadi santapan tivi-tivi berjaringan tersebut tapi produser-produser akan membentuk program yang mengangkat cerita dan khas Sulawesi-Selatan termasuk Makassar.Era Televisi Jaringan Merambah Makassar. |
Tahun 2008 ini Makassar benar-benar akan menjadi sebuah tonggak awal menuju kota yang lebih modern. Mau tak mau kota yang dihuni sekitar 4 juta rakyat ini harus siap menghadapi segala perubahan demi perubahan. Sekarang, apakah kita sudah siap menuju ke sana? Saya akan mengajak Anda melihat dari sudut pandang kehadiran tivi nasional yang akan bersinergi dengan tivi lokal atau tivi nasional yang membentuk biro lokal di kota pintu gerbang Indonesia Timur ini. Pasalnya, modernitas sebuah kota dan peradaban sebuah manusia tak lepas dari peranan televisi. Kalau mau lihat dunia, mau menguasai dunia-tak perlu mengeluarkan recehan yang banyak. Tak perlu mengeluarkan uang sampai sejuta kita sudah bisa menyaksikan berbagai belahan dunia. Cukup dengan cara membeli televisi berdimensi 14 sampai 21 inci maka Anda sudah menguasai dunia bahkan Anda akan diajak oleh televisi dengan berbagai macam programnya untuk melihat keajaiban dunia. Tiga tahun terakhir ini kita benar-benar telah dibius oleh kehadiran televisi. Bukan hanya kreativitas anak-anak Indonesia melalui program televisi nasional yang kita bisa nonton melainkan juga program tivi asing melalui jendela tivi kabel atau tivi digital. Kehadiran Indovision serta Astro Tivi telah membawa kita melanglang buana melalui layar televisi. Sementara 13 tivi yang berkantor pusat di Jakarta dan telah menyiar secara serempak di Indonesia juga tak kalah bersaingnya menyajikan program yang membius kita untuk menyaksikan keunikan suku terkecil di Indonesia, hingga melanglang buana ke benua Afrika, Arab, Eropa hingga Amerika Serikat. Di Trans TV misalnya, melalui program Jelajahnya-kita bisa disuguhi aktivitas suku Kajang di Bulukumba, suku tradisionil di Seko Luwu Utara hingga membawa kita melanglang ke Puncak Himalaya. Walau bukan kita yang ke sana-tapi secara hirarki bentuk tubuh, bahasa dan budaya-seolah kita hadir di sana-tepat di Puncak Himalaya. Begitu pula program RCTI, American Idol. Sebelumnya tak pernah kita mengetahui lahirnya artis-artis Amerika. Tapi saat RCTI menghadirkan program tersebut maka dengan mudah kita bias melihat bagaimana kekocakan orang-orang Amerika sebelum menjadi seorang artis. Tak ubahnya dengan keseharian kita. Tahun 2008 ini, jendela udara Kota Makassar akan makin ramai dengan kehadiran televisi berjaringan atau televise nasional yang selama ini berpusat di Jakarta akan membentuk biro yang nantinya akan bekerja sama dengan tivi- tivi lokal. Seharusnya, tivi nasional itu diberi batas waktu membentuk jaringan di daerah medio 28 Desember 2007 lalu namun pemerintah menundanya hingga 28 Desember 2009. Kalau saya menyimak tampaknya tak sampai tahun 2009 nanti tivi nasional itu akan membentuk sinergi di kota Makassar. Artinya-layar udara Makassar akan ramai dengan jendela televisi nasional berbasis lokal. Nyaris tidak ada celah lagi-kejadian demi kejadian di sudut-sudut Kota Makassar yang akan tersembunyi atau tidak diketahui oleh masyarakat lainnya. Akan ada ratusan kamera televisi yang akan menyorot aktivitas warga Kota Makassar. Siapkah Kita? Kenapa tak sampai tahun 2009 sesuai aturan pemerintah? Karena kurun waktu dua tahun terakhir ini Kota Makassar mengalami peningkatan yang cukup pesat. Bukan saja dari segi peningkatan prosentase ekonomi tapi yang sangat signifikan terlihat adalah Makassar tanpa disadari perlahan-lahan membawa kita ke kota yang bergaya metropolitan. Pertengahan tahun ini atau paling lambat pertengahan tahun 2009, mega proyek yang ditandai kehadiran gedung pencakar langit, Air Port Hasanuddin Makassar, Studio Trans atau Disnayland ala Makassar akan hadir dengan sempurna di kota ini. Artinya, Makassar akan menjadi sebuah ibu kota negara kedua di Indonesia setelah DKI Jakarta. Sementara kemajuan dalam bidang politik, sosial dan gerakan semakin menjadi barometer bagi pemerintah pusat untuk memgambil sebuah kebijakan nasional. Mau tak mau pemilik televisi akan mengikuti ritme perkembangan Kota Makassar tersebut. Mereka tidak lagi memandang Makassar sebagai kota penangkal rhating tapi sebuah kota yang bisa mengubah wajah Indonesia. Pemiik televisi kali ini tak hanya akan menerima berita dari Makassar kemudian menyiarkan. Tapi pemilik televisi akan melibatkan secara langsung orang-orang Makassar untuk menyampaikan sendiri berita mengenai Makassar atau Indonesia timur. Kebijakan redaksi tentang liputan Makassar tidak lagi diatur oleh produser-produser di Jakarta seperti yang terjadi selama ini. Policy berita-sepenuhnya menjadi tanggungjawab Makassar. Sehingga arah dan akan dikemanakan Makassar benar-benar tergantung kebijakan di Makassar pada media yang bersangkutan. Salah satu contoh yang sangat miris selama ini adalah ketika terjadi bencana di Indonesia timur. Slot waktu yang disiapkan oleh pusat sangat sedikit ketimbang slot yang disiapkan ketika terjadi bencana di Pulau Jawa dan Sumatra. Ada sebuah ketimpangan informasi yang terpampang di depan mata. Dan saya sebagai pekerja di televisi seringkali memprotes kebijakan tersebut. Tapi kalau berita tentang kebrutalan maka sangat cepat berita tersebut ditayangkan oleh elektronik nasional. Bahkan menjadi sebuah kuping program atau bunner program berita. Berbeda jika liputan tentang kerusakan jalan, kesedihan, berita tentang butuh bantuan maka yang menjadi prioritas adalah liputan di Pulau Jawa dan Sumatra. Alasan semata-mata adalah persoalan rhating dan share yang dikeluarkan oleh AC Nielsen. Memang persentasi rathing yang dikeluarkan oleh AC Nielsen menempatkan Makassar naik menjadi 2 persen yang dulu hanya nol koma sekian persen. AC Nielsen merupakan lembaga riset media yang mengukur standard khalayak penonton media di dunia. Pelaksanaan metodologi mengacu Panduan Global Pengukuran Khalayak Televisi (Global Guidelines for TV Audience Meausurement), yaitu prosedur standar pengukuran rating Nielsen di dunia. Pengukuran dilakukan di sepuluh kota besar, yaitu Jakarta dan sekitarnya ( Bogor, Tangerang, Bekasi), Bandung , Semarang , Yogyakarta, Surabaya (dan Gerbangkertasila), Denpasar, Makasar, Medan , Palembang , dan Banjarmasin . Penyebaran sampel tidak sama di setiap kota, yaitu Jakarta 55 persen, Surabaya 20 persen, Bandung 5 persen, Yogyakarta 5 persen, Medan 4 persen, Semarang 3 persen, Palembang 3 persen, Makassar 2 persen, Denpasar 2 persen, dan Banjarmasin 1 persen. Angka ini proporsional berdasarkan populasi kepemilikan televsisi di tiap-tiap kota itu. Dari sepuluh kota rhating tersebut Makassar memang nilai rhatingnya atau sharenya hanya dua point. Tapi dari letak geoografis, perkembangan politik dan ekonomi maka Makassar akan menjadi sejajar dengan DKI Jakarta, Bandung, dan Surabaya . Begitulah salah satu barometer pemilik televise sehingga dalam waktu dekat ini membentuk biro atau tivi berjaringan di Makassar. Tiga tahun lalu, Metro Tivi telah membuka biro news di Makassar di susul Trans Tv awal tahun 2007. Bulan Februari lalu resmi pula terbentuk biro Tivione, eks lativi. Pertengahan tahun 2008 ini, RCTI melalui group MNC juga akan resmi sebagai biro RCTI atau MNC. Biro ini akan membawahi tiga televisi TPI, Global dan satu lagi SNT. Kemudian bakal menyusul SCTV dan Indosiar. Dalam aturan KPI, televisi berjaringan ini nantinya akan menyiapkan 40 persen siaran lokal. Walaupun agak sulit dipenuhi namun setidaknya kebijakan pemilik televisi membentuk biro di Makassar sudah menjadi sebuah kemajuan yang cukup pesat di bidang pertelevisian. Jadi, bersiap-siaplah saluran khusus Makassar akan menjadi berita di setiap televisi nasional yang telah berjaringhagan tersebut. Anda akan menambah sejumlah saluran televise di tombol remote control televise karena kehadiran tivi berjaringan itu praktis menambah saluran local di kota ini. Makassar akan menjadi Jakarta kedua, di mana kita bisa menyaksikan berita apapun akan tayang di televisi tersebut lalu disaksikan oleh orang-orang di Indonesia timur meliputi sebagian Kalimantan, Sulawesi, Maluku, dan Papua. Kalau selama ini di Jakarta dan pulau Jawa lainnya-berita tentang jalan yang rusak saja tayang di tivi nasional lalu disaksikan secara nasional maka akan seperti itu pulalah kebijakan pemberitaan nantinya di tivi berjaringan tersebut. Jangan heran jika suatu saat di Kota Makasar ini akan bersileweran merk-merk televisi di setiap mobil operasional mereka, camaremen akan bertebaran di sudut-sudut kota karena seperti itulah kebijakan biro sebuah televisi. Tak ada lagi yang sulit disembunyikan menanti lahirnya televisi berjaringan di Kota Makassar. Pertengkaran antarkeluarga, RT hingga kebijakan publik akan tersiar langsung melalui televisi. Dan bukan hanya satu televisi yang akan menyiarkan tapi semua televisi yang membentuk biro di kota ini akan menyiarkan peristiwa dan kebijakan tersebut. Peristiwa di Makassar yang dulu porsinya hanya satu segment atau nol koma sekian persen dalam program televisi nasional maka kehadiran biro akan mengubah segalanya. Bahkan, dua hingag tiga segment pun akan menjadi milik Makassar. Pentingnya kehadiran televisi nasional menyiar di Makassar ini setidaknya akan memberikan nuansa dan warna tersendiri bagi dinamika kota Makassar. Karena bukan hanya berita spot yang akan menjadi santapan tivi-tivi berjaringan tersebut tapi produser-produser akan membentuk program yang mengangkat cerita dan khas Sulawesi-Selatan termasuk Makassar. Jadi, bersiaplah menerima berbagai tayangan tentang Sulawesi Selatan melalui puluhan layer kaca. Bahkan kalau Anda punya air mata-maka televisi punya layar kaca yang siap menampung air mata Anda. |
--
Tribun Timur,
Surat Kabar Terbesar di Makassar
http://www.tribun-timur.com
FORUM DISKUSI PEMBACA TRIBUN TIMUR
tribun.freeforums.org
Usefull Links:
http://jurnalisme-makassar.blogspot.com
http://jurnalisme-tv.blogspot.com
http://jurnalisme-radio.blogspot.com
http://jurnalisme-blog.blogspot.com
http://makassar-updating.blogspot.com
http://makassar-bugis.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar