Sabtu, 14 Juni 2008

Makassar Terpuruk di Ujian Nasional SMA

Adipura tidak dapat. Prestasi pendidikan terpuruk. Apakah dengan pendidikan gratis akan semakin terpuruk?

Sumber: Surat Kabar Tribun Timur, Makassar, www.tribun-timur.com

Minggu, 15-06-2008
Prestasi Makassar Terpuruk di UN
Tak Masuk 10 Besar Nilai Rata-rata, Kalah dari Selayar; Tak Lulus UN, Belasan Siswi SMK 8 Pingsan; Nilai Rata-rata Matematika di Soppeng 9,05, Tertinggi di Sulsel
 
Makassar, Tribun - Prestasi hasil ujian akhir nasioanal (UN) tingkat SMA Kota Makassar tahun ini terpuruk. Dari peringkat nilai rata-rata di tiga jurusan, IPA, IPS, dan bahasa, Makassar tak masuk dalam jajaran 10 besar.
Sementara untuk nilai rata-rata mata pelajaran matematika, Soppeng mencatat nilai tertinggi yakni 9,05.
 
Nilai tersebut diperoleh untuk nilai rata-rata jurusan IPA namun tak tertandingi dijurusan IPA dan IPS.
Wali Wali Kota Makassar, Ilham Arief Sirajuddin, mengaku sudah mengetahui peringkat Makassar dalam penilaian hasil UN tingkat SLTP dan SLTA.
"Jumlah siswa yang banyak yang membuat kita sulit masuk ke 10 besar. Meskipun banyak di antara para siswa yang memcapai prestasi memuaskan, namun bila nilai mereka digabung dengan siswa lain, maka hasilnya jadi kecil," kata Ilham, Sabtu (14/6) malam.
Dinas Pendidikan Kota Makassar telah mengumumkan hasil UN tersebut di Tribun Timur. Jumlah siswa yang melakukan konvoi di jalan raya untuk menyambut kelulusan tersebut jauh berkurang dibandingkan tahun lalu.
Meski pihak sekolah tak memgumumkan hasil UN di papan pengumuman, namun sebagian siswa tetap datang ke sekolah mereka.
Susana sedih terlihat di SMK 8 Makassar di Jl Monginsidi. Di sekolah ini, sekitar 40 siswi di kelas jurusan kecantikan tidak lulusa. Beberapa siswi yang dinyatakan tidak lulus langsung pingsan.

Soal Bocor
Faktor yang diduga ikut menurunkan peringkat Makassar tahun ini adalah skandal pembocoran soal di enam sekolah swasta yang mengakibatkan UN di sekolah tersebut diulang.
Sekolah tersebut adalah SMA Kartika Wirabuana, SMA
Cokro Latimojong, SMA Cokro Tamalanrea, SMA Abdi Pambangunan, SMA Tut Wuri, dan SMA Tri Dharma.
Beredar kabar, hasil UN ulangan di enam sekolah tersebut sudah berada di tangan Dinas Pendidikan Nasional (Depdiknas) Sulsel dan hasilnya angka kelulusannya sangat kecil.
"Kita masing menunggu hasilnya. Tapi informasi yang berkembang, ketidaklulusan di enam sekolah tersebut bisa jadi 100 persen," kata sumber Tribun di dinas diknas.


Selayar
Dari data yang dilansir Dinas DiknasSulsel, posisi Kabupaten Selayar masih lebih baik dibandingkan Makassar. Daerah kepulauan ini berada di peringkat kelima dengan angka rata-rata 48,03.
Untuk lima besar di kelompok SMA IPA adalah Bone (49,16), Tator (48,82), Soppeng (48,79), dan Bantaeng (48,52.
Di kelompok SMA IPS Bantaeng berada di peringkat teratas lima besar dengan nilai rata-rata 48,2, kemudian Parepare (48,09), Soppeng (47,89), Sidrap (47,58), dan Bone (47,41)
Untuk kelompok SMA Bahasa, Jeneponto mencatat angka teringgi yakni 46,79, disusul Tator (46,3) Bone (44,43), Soppeng (44,21), Luwu Timur (43,85), dan Bulukumba (43,84).


Kondisi Makassar
SMA Negeri 1 Makassar meluluskan 99 persen siswanya.
Hanya satu siswa di sekolah yang berada di Jl Bawakaraeng ini yang tidak lulus dari 396 siswa yang ikut UN.
Menurut Kepala SMA 1 Makassar, Herman Hading, nilai tertinggi di sekolahnya diraih Anton Suhuyanli dengan nilai 9,5 dari jurusan IPA. Sedangkan dari jurusan IPS mendapat nilai 8,6 atas nama Asti.
Ditanya peringkat Makassat yang tidak masuk 10 besar dalam perolehan nilai UN kali ini, Herman mengatakan bahwa hal itu disebabkan adanya kesenjangan antar sekolah.
Kesenjangan antara sekolah negeri dengan sekolah swasta. Juga kesenjangan dalam hal fasilitas dan pengelolaannya, di samping soal sumber daya manusia (SDM).
"Sebenarnya banyak masalah yang membuat hal itu. Padahal, pendistribusian dan perhatian pemerintah pusat untuk semua sekolah di seluruh Indonesia saya lihat merata," kata Herman.
Herman melihat bahwa kurangnya perhatian seluruh komponen yang membuat prestasi siswa cenderung menurun.
Komponen yang dimaksud adalah masyarakat, pemerintah setempat, sekolah, dan yang utama adalah keluarga.
"Semua itu harusnya satu komitmen untuk mengembangkan pendidikan anak, baik dalam pengelolaan maupun dalam hal sistem pembinaannya," ujarnya.
Ke depan, Herman mengatakan untuk mengembalikan mutu pendidikan di Sulsel sebaiknya rencana atau program kegiatan tersusun dengan matang dan penyediaan sarana dan prasarana harus lebih fokus.
Yang paling penting adalah dukungan dari seluruh komponen. Mengenai adanya program pendidikan gratis yang mulai diberlakukan tahun ajaran 2008 ini, Herman mengatakan belum bisa memprediksi arah dari mutu pendidikan di Sulsel.
Sementara suasana hening berubah menjadi tangis di SMK 8 saat mengetahui ada dua lembar yang berisi hasil ujian dari dua ruangan di tidak ada.
Ironisnya, dua ruangan itu merupakan gabungan dari kelas jurusan Kecantikan yang diisi 40 orang siswanya.
Tidak hanya tangis penyesalan dan teriakan histeris, bahkan beberapa siswa sampai pingsan tidak sanggup menerima kenyataan pahit ini.
Di sekolah ini, hanya sekitar 43 persen siswa yang dinyatakan lulus. Total sebanyal 113 siswa dari 200 siswa yang tidak lulus, termasuk 40 siswa dari kelas kecantikan itu.
"Masih ada dua siswa kami yang ujian di Inggris dan belum ada hasil pengumumannya, karena langsung ditangani pusat. Total siswa yang ikut ujian adalah 202 orang," kata Kepala SMK 8 Makassar, Siti Saenab.
"Memang sejak tiga tahun terakhir ini sekolah kami tidak lulus 100 persen. Tapi komitmen kami, bukan kuantitas kelulusan yang utama, tapi kualitas dari lulusan kami. dan, meskipun belum lulus, siswa kami tidak ada yang menganggur, karena mereka bisa beraktivitas di industri," tambahnya.

Tersesat Kunci Jawaban yang Salah
KEPALA SMK 8 Makassat Siti Saenab sempat kaget dengan pengumuman hasil ujian nasional (UN) karena dua lembar untuk pengumuman hasil UN di dua ruangan yang diisi dari kelas kecantikan tidak terlampir.
Setelah diusut, ternyata peserta UN di kelas tersebut 100 persen tidak lulus. Rupanya, mereka tersesat dengan kunci jawaban yang salah.
Dari jawaban beberapa siswa, mereka mengaku mendapatkan kunci jawaban itu dari luar sekolah tapi mereka tetap bungkam siapa person yang memberikannya.
"Sepertinya mereka sudah membuat janji untuk tutup mulut. Saya bukannya menyalahkan mereka, saya hanya ingin mengetahui siapa pelakunya, supaya jelas semuanya. Karena saya juga harus memberikan jawaban pada orangtua mereka bahwa ini murni bukan saja karena kesalahan sekolah," kata Sainab.
Sainab mengakui, apa yang terjadi di sekolahnya adalah ronis dan tragis. Apalagi, dalam setiap kesempatan, dia sudah sampaikan untuk tidak tergiur dengan kunci jawaban dan percaya pada kemampuan sendiri.
Sementara siswa lainnya yang tidak lulus, memang harus diakui jika itu karena kemampuan mereka yang tidak mencapai standar.

--
Tribun Timur,
Surat Kabar Terbesar di Makassar
http://www.tribun-timur.com

FORUM DISKUSI PEMBACA TRIBUN TIMUR
tribun.freeforums.org

Usefull Links:

http://jurnalisme-makassar.blogspot.com
http://jurnalisme-tv.blogspot.com
http://jurnalisme-radio.blogspot.com
http://jurnalisme-blog.blogspot.com
http://makassar-updating.blogspot.com
http://makassar-bugis.blogspot.com

Tidak ada komentar: